Selamat Datang di Website Resmi Desa Sumurgung Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban - Sumurgung Kampung Batik

Artikel

Sumurgung; Sekilas Cerita Dua Padukuhan, Bongkol dan Kuti

04 Oktober 2022 22:49:03  Smart Village  1.060 Kali Dibaca  Warga Menulis

Tidak begitu banyak catatan tentang Desa Sumurgung, kalaupun ada hanya beberapa cerita yang dikemas tutur, itu tersampaikan dari bapak, ibu, mbah-mbah yang sudah sepuh dalam bahasa Ibu. Begitu yang saya ketahui. Saya baru saja menjadi warga disini dengan status domisili, kalau bukan kerja saya tidak tinggal disini. Saya di SK-kan menjadi pendamping Program Zakat Community Development BAZNAS Pusat yang berkolaborasi dengan Yayasan Sahabat Pulau Indonesia sejak Agustus 2020 hingga saat ini, dan direncanakan selesai bulan Maret 2023.

 

Desa Sumurgung tempat saya tinggal ini ada di Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Di kecamatan Tuban sendiri ada 3 Desa; Kembangbilo, Sugiharjo, dan Sumurgung. Bila kita membaca di Wikipedia; Kabupaten Tuban terdiri dari 20 kecamatan, 17 kelurahan, dan 311 desa (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 1.189.855 jiwa dengan luas wilayah 1.834,15 km² dan sebaran penduduk 648 jiwa/km². Namun yang membuat saya tertarik berada disini, yakni menghadapi tantangan dalam kegiatan pemberdayaan.

 

Dari proses berkegiatan selama hampir kurang 2 tahunan, saya baru menyadari bahwa pengetahuan tentang sejarah-budaya Desa Sumurgung masih sangat minim. Pokdarwis Naditira Pradeca yang baru saja dibentuk September-2021 kemudian membuka jalan untuk melakukan pencatan terkait sejarah dan kebudayaan orang-orang Sumurgung. Kemungkinan besar catatan saya akan terus bergulir di-website ini sebagai kliping cerita dari orang-orang Desa.

 

Saya ingin berangkat dari catatan Wartono Rohmad Arifin, dia menulis tentang asal usul Desa Sumurgung. Dari keterangan 5 Narasumber; Kades, Sekdes, dan tiga tokoh masyarakat pada tahun 2013, bahwa asal muasal Desa Sumurgung adalah Bongkol. Saya mengutip catatannya “Konon ceritanya Bongkol berasal dari Bahasa Jawa yang mempunyai akronim yakni  embong thekal-thekol, yang dalam bahasa Indonesia adalah embong berarti Jalan. Sedangkan Thekal-Thekol berarti berbelok-belok. Jadi Desa Bongkol artinya adalah Embonge Thekal- Thekol”.

 

Sementara narasi tentang Desa Sumurgung kapan ditetapkan namanya, belum ditemukan. Wartono juga mengakui itu dalam tulisannya yang dia posting pada Selasa 13 Agustus 2013 di blog tono silver tuban.

baca juga; http://sumurgungkectubanjatim.blogspot.com/2013/08/800x600-normal-0-false-false-false-en.html

“Bahwa untuk perubahan Bongkol menjadi Desa Sumurgung itu kami kesulitan mencari sumber sejarah yang pasti” Wartono.

 

Keterangan lain saya peroleh dari Mbah Lasmudi (warga Bongkol, lahir 1952) mantan Kepala Desa Sumurgung yang memerintah sejak 1975-1990-1998. “tidak ada catatan tentang sejarah Desa Sumurgung, atau penamaan Sumurgung diambil. Ketika saya memerintah, nama Desanya sudah Sumurgung” terang Lasmudi.

 

Sumurgung memiliki dua nama padukuhan, yakni; Bongkol dan Kuti. Dari keterangan seorang warga Dusun Kuti saya memperoleh cerita bahwa Kuti berasal dari kata kukuti, atau ringkesi dalam Bahasa Indonesia arti kemas, berkemas, dikemas.

 

Malam itu, Selasa (13/9), saya bersama Angga (pegiat Sejarah Budaya di Ronggolawe Creatif Center Tuban), serta Rudi dan Rusdi (pegiat kelompok Sadar Wisata Budaya, Naditira Pradeca) mendatangi Mbah Parli (ayah Nur Said yang merupakan Sekertaris Desa Sumurgung).

 

Menurut keterangan Mbah Parli (warga Kuti) lahir 1952, dari hasil wawancaranya dengan pengrajin besi Mbah Jasman pada masa itu “dahulu ada cerita seseorang mengamuk dilingkungan ini (saat ini sudah bernama Dusun Kuti) karena krisnya yang dipesan sudah setahun tapi belum ada. Tidak diketahui siapa yang mengerjakan pesanan itu, namun pandai besi yang ada disekitaran wilayah itu ketakutan dan mengemas seluruh peralatan pembuatan keris/besi itu tanpa jejak, saat itu menyebut di Kukuti. Sehingga saat itu penamaan wilayah itu dikenal dengan sebutan Kuti.

 

Pada kesempatan lain saya meminta catatan yang pernah disampaikan Angga saat membicarakan Kuti, melalui via chat Wasap dia menuliskan perihal Kuti

Transkripsi Prasasti Tuban I, adalah sebagai berikut:

 

isika, irika… dewasaning alaga,

om, takala ni nadhitira,

pati kadi dasa hakuti tuban,

kaparitata sakani-keni dadi rasa jana tata.

Terjemahartnya:

Tahun saka, ketika ada peperangan.

Om, ketika ada peperangan di tepi sungai.

Dapat dipadamkan orang-orang Kuti Tuban.

Dapat tenteram, akhirnya menjadi masyarakat yang aman sejahtera.

Bagi saya, paragraph ini perlu diperbincangkan oleh para tokoh adat serta pemerhati sejarah budaya di Sumurgung bersama pegiat Sejarah Budaya dimanapun, khususnya di Tuban. Apakah kata Kuti disitu menyebut wilayah padukuhan Kuti di Desa Sumurgung, atau dia menunjuk wilayah lain?

 

Penulis; Musyawir (Domisili; RT4/RW1 Bongkol 1. Sumurgung, Tuban.)

Tim Konten; Rudi, Rusdi.

 

Kirim Komentar


Nama
No. Hp
E-mail
Isi Pesan
  CAPTCHA Image [ Ganti gambar ]
  Isikan kode di gambar
 


Aparatur Desa

Profil Desa Sumurgung

Sinergi Program

Website Tuban
Pengaduan Masyarakat
Covid Jatim
Covid Tuban
JDIH Kabupaten Tuban

Agenda

Statistik Penduduk

Peta Desa